Dunia Menikmati Mitos

12 Mei 2011

Jumat, 27 April 2011, dunia terbius oleh mitos kehidupan bahagia yang dipertontonkan di layar televisi dalam bentuk pernikahan sakral Pangeran William dengan Kate Middleton. Mitos “happily ever after” tersebut, di mana puncak pencapaian dan cita-cita seorang gadis rakyat jelata yang dinikahi oleh pangeran tampan nan rupawan. Kate, nama gadis itu, mungkin bukan rakyat jelata, tetapi ia mewakili rakyat Inggris kebanyakan yang tanpa gelar kebangsawanan yang diturunkan dari keluarganya, dan akan menjadi pendamping raja Inggris Raya kelak.

Peristiwa ini menggugah emosi dan sentimentalitas penontonnya. Pada “Kapal Darah Biru”, Roland Barthes menyebutkan bahwa raja adalah esensi manusia, yang didefinisikan dari kemurnian ras mereka (=darah biru), dengan asal muasal yang menjadi semacam situs arkeologi di zaman monern di mana sistem monarkis dipertahankan. Pernikahan seorang raja adalah peristiwa penting yang nyatanya melibatkan seluruh dunia. Stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan momen-momen penting tersebut, bahkan mengulang cuplikan-cuplikan penting yang berpotensi menggugah rasa romantisme manusia, seperti ciuman di balkon istana.

Kandungan mitologis cinta ini, merupakan ciri khas sentimental borjuis kecil, lanjutnya. Ini adalah mitos yang sangat khas, yang didefinisikan oleh setengah kesadaran. Saya memaknai setengah kesadaran ini sebagai kesadaran antara, dunia – fantasi, di mana pemikiran dan penerimaan realitas kehidupan nyata dipengaruhi oleh idealism fantasi, termasuk fantasi percintaan dan romantisme. Artefak-artefak budaya populer telah menegaskan dan membombardir kesadaran manusia dalam hal romantisme cinta seperti kisah gadis jelata dan pangeran. Cinderella, Putri Salju, Putri Tidur, dan banyak lagi kisah romantisme dari dongeng-dongeng pengantar tidur mengulang-ngulang cerita cinta ideal tersebut. Kisah yang didahului oleh perjuangan mencari dan mendapatkan cinta dan diakhiri oleh happily ever after, telah meninabobokan gadis-gadis kecil yang polos, dan membentuk fantasi mereka tentang cinta.

Kalau demikian, apa itu mitos? Dikatakan oleh Roland Barthes dalam Mitologi, mitos adalah tipe wicara. Mitos merupakan sistem komunikasi, bahwa ia adalah pesan yang disampaikan dalam sebuah wacana. Sejarah manusialah yang mengubah realitas menjadi wicara, dan sejarah inilah yang mengatur hidup matinya mitos. Mitos adalah sistem semiologis tingkat kedua, di mana tanda pada sistem pertama menjadi penanda pada sistem kedua. Materi-materi wicara mitos seperti film, bahasa, fotografi, telah menjadi berfungsi penanda yang menandai mitos.

Biarkan mitos berbicara, mengembalikan tempat dan waktu lampau dalam sebuah peristiwa…